Gua Maria Lawangsih

Lawangsih berasal dari kata Lawang yang dalam Bahasa Jawa mengandung arti pintu, gapura atau gerbang. Sedangkan kata sih(asih) artinya kasih sayang, cinta, berkat, rahmat. Secara rohani,Lawangsih menunjuk makna Bunda Maria sebagai gerbang surga, pintu berkat. Dalam keyakinan kita, Bunda Maria adalah perantara kita kepada Yesus, Putranya yang telah menebus dosa manusia dan membawa pada kehidupan kekal.

Gua Maria Lawangsih

Kekhasan Gua Maria Lawangsih terletak pada eksotisme gua alaminya. Tempat ziarah Gua Maria ini merupakan gua alam kedua di Keuskupan Agung Semarang setelah Gua Maria Tritisdi Wonosari, Gunung Kidul. Sebagai catatan, tidak banyak tempat doa yang berupa gua alami. Kalau pun ada, tidak sebanyak gua buatan. Gua Maria Lawangsih merupakan salah satu gua alami tersebut.

Gua ini cukup besar, didalamnya mengalir sungai kecil yang dihiasi oleh stalaktit dan stalagmit yang indah. Kesan pertama bagi para peziarah ketika datang adalah suasana hening yang menyejukkan hati, jauh dari keramaian. Suara gemericik air, kicauan burung, tiupan angin dan udara yang sejuk akan membuat kita semakin mensyukuri indahnya ciptaan Tuhan.

Suasana inilah yang membawa kita pada suatu situasi yang sangat mendukung bila ingin memanjatkan doa kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria.

Tempat ziarah ini sama sekali belum tersentuh oleh pembangunan secara modern, sungguh-sungguh alami. Pemandangan alam sekitar juga sangat indah. Sejak masuk ke daerah Nanggulan dan selama perjalanan 13 km dari Nanggulan menuju Gua Maria Lawangsih, peziarah akan melihat pemandangan yang indah, Perbukitan Menoreh, Gunung Merapi, dan jika melihat arah selatan akan kelihatan pemandangan Pantai Laut Selatan di kejauhan. Pada malam hari, peziarah akan melihat pemandangan Kota Yogyakarta dengan lampu-lampu yang menambah suasana indah di malam hari.

Di sekitar lokasi Gua Maria, juga banyak pemandangan indah, banyak pohon-pohon rindang yang semakin menambah asri tempat Bunda Maria bersemayam, menanti umat berdoa dengan perantaraanNya. Keheningan dan suara gemercik air menjadi pendukung peziarah semakin dekat dengan Allah Sang Pencipta.

Gua Maria Lawangsih

Sejauh mata memandang, kita akan menyaksikan rindangnya pohon dan hamparan sawah yang menghijau. Sesekali kicau burung yang bernyanyi memanjatkan syukur kepada Sang Pencipta juga terdengar. Di bawah gua, terdapat sungai yang airnya sangat jernih dan mengalir membelah dusun. Air sungai ini digunakan untuk kebutuhan warga serta untuk mengairi sawah.

Keberadaan Gua Maria Lawangsih semakin menambah khasanah dan perbendaharaan tempat peziarahan yang ada di Indonesia pada umumnya dan Keuskupan Agung Semarang pada khususnya. Secara geografis, Gua Maria Lawangsihterletak di Perbukitan Menoreh, tepatnya berada di Dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan secara administratif, tempat ziarah ini termasuk ke dalam wilayah Stasi Santa Perawan Maria Fatima Pelemdukuh, Paroki Santa Perawan Maria Nanggulan, Kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang. LokasiGua Maria Lawangsih hanya berjarak 20 km dari peziarahan Katolik Gua Maria Sendangsono, 13 km dari Gua Maria Sendang Jatiningsih Paroki Klepu.

sejarah

Tempat ziarah Gua Maria Lawangsih merupakan langkah peziarahan iman umat Stasi SPM Fatima Pelemdukuh, yang selama ini berdoa kepada Bunda Maria di Gua Maria Pengiloning Leres (Cermin Kebijaksanaan), sebuah Gua Maria di atas Kapel Stasi SPM Fatima Pelemdukuh. Gua Pengiloning Leres tersebut adalah cikal bakal dari Gua Maria Lawangsih. Gua Maria ini juga merupakan gua alam, namun ukurannya lebih kecil. Letak Gua Pengiloning Leres yang berada di atas Kapel SPM Fatima Pelemdukuh, tidak terlalu jauh dari Gua Maria Lawangsih.

Gua Maria Lawangsih

Sedangkan Gua Maria Lawangsih adalah gua alami yang pada awalnya adalah sebuah Gua Lawa, atau gua yang penuh dengan kelelawar (Bahasa Jawa=Lawa).Penduduk sekitar banyak yang menggunakan kotoran kelelawar yang terdapat di dalam gua tersebut untuk dijadikan sebagai pupuk alami.

Mulanya, Gua Lawa ini hanyalah gundukan tanah yang dipenuhi oleh semak belukar. Pintu masuk ke dalam gua pada mulanya terbilang sangat kecil, sekitar 1m², namun lorong-lorongnya bisa dimasuki oleh manusia hingga kedalaman yang tidak terhingga. Karena tidak adanya penerangan dan suasana dalam gua yang pengap, maka tidak banyak penduduk yang bisa masuk ke dalam gua.

Sekitar tahun 1990an, Gua Lawa sempat dijadikan sebagai tempat untuk memulai Doa Jalan Salib (Stasi) oleh Muda-Mudi Stasi Pelemdukuh, namun tidak ada perkembangan yang berarti hingga tahun 2008.

Baru pada bulan Juli 2008, Gua Lawa yang semula milik keluarga T. Supino (Ketua Stasi SPM Fatima Pelemdukuh), dihibahkan kepada gereja. Pembangunan Gua Maria untuk dijadikan sebagai tempat berdoa adalah atas inisiatif Romo Paroki Santa Perawan Maria Tak Bernoda Nanggulan ini yaitu Romo Ignatius Slamet Riyanto, Pr.

Tempat yang awalnya dianggap keramat oleh penduduk setempat tersebut dijadikan tempat yang nyaman bagi umat di sekitarnya untuk berdoa. Namun rupanya ada banyak orang yang tahu tentang keberadaan tempat ziarah ini, sehingga makin lama semakin banyak peziarah yang datang.

Pembangunan yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh umat dan didukung keinginan umat untuk memiliki tempat berdoa di tempat terbuka dan memiliki sumber air, membuat hibah tanah dan Gua Lawa menjadi suatu pilihan yang menarik untuk ditindaklanjuti. Sejak saat itu, tanah di sekitar Gua Lawa dibersihkan, yang pada awalnya hanyalah sebuah lubang atau gua kecil, tanah yang berada di sekitarnya digali, hingga akhirnya lubang di sekitar gua bisa menjadi seperti saat ini. Bebatuan besar dan tanah yang menutup lubang gua perlahan-lahan dibongkar dan dibersihkan.

Pengerjaan gua tidak menggunakan alat-alat berat maupun alat modern. Disinilah mukjizat itu terjadi. Selama hampir satu tahun, umat Katolik dan warga sekitar Gua Lawa bekerja bersama, menggali tanah, mengangkat, membersihkan dan membuat gua menjadi seperti saat ini. Semua dilakukan dengan penuh semangat, kerjasama dan pelayanan. Nama Gua Lawa ingin dipertahankan oleh umat, agar menjadi prasasti bagi tempat peziarahan umat Katolik. Akhirnya, Gua Lawa diberi nama baru yaitu Gua Maria Lawangsih.

Pada bulan Mei 2009, untuk pertama kalinya gua alami ini digunakan untuk perayaan Ekaristi penutupan Bulan Maria, namun dengan memakai tempat dan peralatan seadanya.

Barulah pada tanggal 01 Oktober 2009, tempat peziarahan ini dibuka untuk umum dan diresmikan oleh Rm. Ignatius Slamet Riyanto, Pr.

Gua Maria Lawangsih

Patung Bunda Maria yang merupakan bantuan dari donatur, ditahtakan di dalam gua. Sebelum Patung Bunda Maria diboyong dan ditahtakan di Gua Maria Lawangsih, selama 3 hari, setiap malam umat “tirakat” dan berdoa Novena serta banyak umat yang “lek-lek-an” (laku prihatin) di dalam gua untuk memohon karunia Roh Kudus agar peziarah yang mengunjungi Gua Maria Lawangsih mendapatkan berkat, memperoleh kekuatan rohani dan dapat menimba kekuatan iman dalam menghadapi tantangan kehidupan ini serta semakin dekat dengan Yesus melalui perantaraan Bunda Maria.

kompleks-ziarah

Mengingat tempatnya yang jauh dan terpencil dari Kota Yogyakarta, wajar bila Gua Maria Lawangsih tidak begitu dikenal oleh masyarakat di luar Stasi Pelem Dukuh. Medan yang cukup jauh untuk dijangkau, jalanan naik-turun dan agak curam serta sebagian kondisinya kurang baik, tentu menjadi alasan tersendiri mengapa tak begitu banyak peziarah berkunjung ke Gua Maria Lawangsih.

Banyak hal-hal menarik yang terdapat di Gua Maria Lawangsih. Selain gua alami nan indah, tempat ziarah ini juga didukung oleh pemandangan alam yang asri.

Terdapat juga sebuah Kapel dengan dinding yang terbuat dari batu karang asli. Didalamnya terdapat beberapa lukisan yang indah dimana Gerbang Kerajaan Surga tergambar indah di dinding. Adapula kisah pembangunan yang penuh perjuangan karena sulitnya mendapatkan tanah pada waktu itu. Arsitektur yang digunakan oleh Kapel menarik sekali. Penataan batu-batu alami di sisi barat Kapel menambah keasrianya. Pemertahanan bentuk alami batu kapur tanpa tembok ini adalah sesuai dengan anjuran Romo YB. Mangunwijaya yang merupakan arsitek handal.

Gua Maria LawangsihDi belakang Altar dihiasi dengan lukisan-lukisan Gunungan Wayang yang menggambarkan Kerajaan Surga, lukisan rusa dengan hamparan rumput yang luas menghijau juga terpampang di sebelah kiri altar, tepatnya di belakang patung Bunda Maria. Terdapat juga gambar lima roti dan dua ikan, yang melambangkan makna berbagi sebagai ungkapan dan perwujudan iman umat.

Bila dilihat dari bawah, Gua Maria Lawangsih nampak seperti bahtera Nabi Nuh yang pada zaman dahulu telah menyelamatkan manusia dan mahkluk-makhluk lainnya di atas bumi dari air bah. Bentuk bahtera ini kemudian semakin disempurnakan dengan adanya patung Kristus Raja Semesta Alam sebagai nahkoda bahtera tersebut.

Gua Maria Lawangsih menjadi awal peziarahan umat, menimba kekuatan melalui Bunda Maria, mengikuti jalan Salib Tuhan Yesus dan menuju pada Golgota. Di sana Kristus Raja telah menanti dengan berkatNya yang melimpah.

agenda-rohani

Gua Mara LawangsihSebagai salah satu tempat ziarah, Gua Maria Lawangsihmenyediakan pelayanan doa dan ekaristi pada Bulan Maria yaitu pada bulan Mei dan Oktober. Sedang untuk Doa Novena diadakan setiap malam Jumat Kliwon di sepanjang tahun. Perayaan ekaristi dimulai pada malam hari dan dilanjutkan dengan penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus.

akses-masuk

Perjalanan menuju Gua Maria Lawangsih dapat di tempuh dengan mengendarai sepeda motor, minibus, atau mobil pribadi. Sampai sekarang, bus besar masih sulit untuk menjangkau Gua Maria Lawangsih, karena adanya beberapa tikungan kecil. Apabila menggunakan bus besar/pariwisata, peziarah dapat transit di Gereja Katolik Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Karang, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta.

Gua Maria Lawangsih

Apabila menggunakan bus umum, peziarahan dapat naik bus umum baik dari Kota Yogyakarta, Wates, Muntilan dengan mengambil jurusan Nanggulan. Turun di perempatan Kenteng, naik ojek 25 menit sudah sampai lokasi (pintu gerbang peziarahanGua Maria Lawangsih).

Apabila peziarah datang menggunakan mobil, dari arah manapun, menuju Nanggulan. Di perempatan Kenteng ke arah Barat sekitar 13 km. Minibus dan mobil pribadi bisa mencapaiGua Maria Lawangsih dalam waktu sekitar 15-30 menit, dan bisa diparkir di sekitar Gua. Secara umum, peziarah sudah bisa mencapai Gua Maria Lawangsih dengan mengikuti rambu petunjuk jalan dari traffic light di Kenteng sampai dengan lokasi ziarah.

fasilitas-pendukung

Fasilitas pendukung untuk peziarah secara umum sudah tersedia meskipun masih sederhana.

Jalan menuju Gua Maria Lawangsih juga sudah layak untuk dilewati kendaraan peziarah.

Gua Maria Lawangsih

Kemudian air jernih dari bawah Patung Bunda Maria dialirkan menuju sebuah bak penyaring yang nantinya menjadi air yang bisa dipakai peziarah untuk dibawa pulang atau untuk diminum langsung. Air ini juga dialirkan ke kamar mandi di bawahnya, sehingga air di kamar mandi sangat jernih dan layak untuk para peziarah.

Di belakang Patung Bunda Maria, terdapat lorong gua yang sangat panjang, dalam dan indah dengan stalagtit dan stalagmit yang mempesona. Di dalamnya juga terdapat sumber air yang mengalir tiada henti, jernih dan sejuk, yang selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar Gua Maria.

Di depan Bunda Maria, terdapat gua yang cukup lebar, memanjang sampai pada kedalaman yang tak terhingga. Namun sayang, 300 meter setelah pintu gua, sudah menyempit, meski di dalam sana terdapat tempat yang luas dengan pemandangan yang sangat indah.

wisata-sekitar

Mengingat lokasinya yang masih satu area dengan Pegunungan Menoreh, peziarah dapat sekaligus mengunjungi Gua Maria Jatiningsih dan Gua Maria Sendangsono yang jaraknya tak begitu jauh dari Gua Maria Lawangsih.

Bahkan bagi peziarah yang hendak melanjutkan wisata, jarak menuju Kota Yogyakarta tidak begitu jauh untuk di tempuh. Untuk yang terakhir ini, kiranya tak perlu disebutkan lagi segudang tempat wisata yang dimilikinya.

Dengan dengan kata lain, umat peziarah tak perlu ragu untuk mengunjungi Gua Marioa Lawangsih, apalagi bingung jika ingin melanjutkan berwisata di sekitarnya.

Selamat Menemukan Kerahiman Ilahi….
Semoga peziarahan anda dapat membawa berkah yang melimpah bagi anda dan keluarga.
Berkah Dalem.
Amin.

galeri-foto

Gua Maria Lawangsih

Gua Maria Lawangsih

GM Lawangsih6.jpeg

 

Gua Maria Lawangsih

Gua Maria Lawangsih

Gua Maria Lawangsih

Gua Maria Lawangsih

Gua Maria Lawangsih

 

Satu respons untuk “Gua Maria Lawangsih

Tinggalkan komentar