Rosario dan Devosi pada Sang Bunda Allah

Doa Rosario adalah doa renungan atas misteri keselamatan, yang dimulai saat Yesus mulai dikandung sampai Ia dimuliakan di surga dan mengutus Roh Kudus. Didalamnya secara keseluruhan terdapat 20 peristiwa. Sembari mendaras Doa Salam Maria berulang-ulang sebanyak 10 kali, para pendoa merenungkan salah satu misteri yang dirangkai dalam rosario. (Puji Syukur no.213)

img-20161001-wa0010.jpgDoa yang terus diulang-ulang ini sangat membantu memusatkan perhatian pada misteri keselamatan yang direnungkan. Tetapi hendaknya perlu diingat, bahwa doa renungan ini harus dibangun dan dipupuk oleh iman, oleh karenanya akan menjadi lebih baik jika bacaan-bacaan singkat, renungan atau ayat-ayat nyanyian disisipkan diantara setiap Dasa atau sepuluh kali doa Salam Maria. Kiranya Doa Rosario hanya akan menjadi serentetan kata kosong dan kurang bermakna manakala didaraskan tanpa dilandasi dengan iman dan kepercayaan.

Sejarah Doa Rosario

Asal-muasa Doa Rosario memang agak kabur. Penggunaan manik-manik dan pendarasan doa yang diulang-ulang untuk membantu orang dalam meditasi berasal dari masa-masa awal gereja dan telah ada bahkan pada masa-masa sebelum kekristenan berkembang.

img-20161001-wa0011.jpg

Terdapat bukti-bukti dari Abad Pertengahan bahwa untaian manik-manik dipergunakan untuk membantu seseorang ketika menghitung jumlah Doa Bapa Kami atau Salam Maria yang didaraskan. Sesungguhnya, untaian manik-manik ini kemudian dikenal sebagai Paternosters, Bahasa Latin untuk Doa Bapa kami. Sebagai contoh, pada abad ke-12, guna membantu agar mereka yang kurang terpelajar dapat berpartisipasi lebih baik dalam liturgi, pendarasan 150 kali Doa Bapa Kami dipakai untuk menggantikan 150 kali pendarasan Mazmur. Hal ini dikenal sebagai brevir orang-orang sederhana.

Susunan atau urutan atau struktur Doa Rosario berkembang antara abad ke-12 dan abad ke-15. Doa Salam Maria didaraskan 50 kali (atau lebih) dan dihubungkan dengan ayat-ayat Mazmur atau ayat-ayat lain untuk mengenangkan sukacita Bunda Maria dalam hidup Yesus.

img-20161001-wa0009.jpgPada tahun 1409, Dominikus dari Prussia, seorang biarawan Carthusian, mempopulerkan praktek mempertalikan 50 ayat mengenai hidup Yesus dan Maria dengan mendaraskan 50 kali Doa Salam Maria. Bentuk doa ini kini dikenal sebagai Rosarium atau kebun mawar, atau secara umum berarti bunga rampai. Doa tersebut digunakan untuk menyebut suatu kumpulan bahan yang serupa, misalnya suatu bunga rampai kisah-kisah dengan subyek atau tema yang sama. Kemudian ditambahkan juga duka cita Bunda Maria dan suka cita surgawi, sehingga jumlah Doa Salam Maria menjadi 150. Pada akhirnya, ke-150 Doa Salam Maria tersebut digabungkan dengan ke-150 Doa Bapa Kami, serta satu Doa Salam Maria sesudah satu Doa Bapa Kami.
Pada awal abad ke-15, Henry Kalkar (wafat 1408), seorang biarawan Carthusian lainnya, membagi ke-150 Doa Salam Maria kedalam kelompok-kelompok, dimana satu kelompok berisi 10 Doa Salam Maria yang diawali dengan satu Doa Bapa Kami.

Pada abad ke-16, struktur lima misteri rosario didasarkan pada tiga rangkaian peristiwa, yaitu :

Peristiwa Gembira :

  • Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel
  • Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya
  • Yesus dilahirkan di Betlehem
  • Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah
  • Yesus diketemukan dalam Bait Allah

Peristiwa Sedih :

  • Yesus berdoa kepada BapaNya di surga dalam sakrat maut
  • Yesus didera
  • Yesus dimahkotai duri
  • Yesus memanggul salib-Nya
  • Yesus wafat disalib

Peristiwa Mulia :

  • Yesus bangkit dari kematian
  • Yesus naik ke surga
  • Roh Kudus turun atas para Rasul
  • Maria diangkat ke surga
  • Maria dimahkotai di surga

Pada tahun 2002, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II menetapkan

Peristiwa Cahaya :

  • Yesus dibaptis di Sungai Yordan
  • Yesus menyatakan DiriNya dalam perjamuan nikah di Kana
  • Yesus mewartakan Kerajaan Allah serta menyerukan pertobatan
  • Yesus dipermuliakan
  • Yesus menetapkan Ekaristi

Setelah penampakan Bunda Maria di Fatima pada tahun 1917, doa yang diajarkan Bunda Maria kepada anak-anak secara umum ditambahkan pada akhir setiap misteri,

Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari api neraka. Hantarlah jiwa-jiwa ke surga, teristimewa jiwa-jiwa yang amat membutuhkan kerahiman-Mu.

Sebagian ilmuwan mengesampingkan peran aktual St. Dominikus dalam terbentuknya rosario sebab kisah-kisah riwayat hidupnya yang ditulis lebih awal tidak menyebutkan hal itu, Konstitusi Dominikan tidak menghubungkannya dengan hal tersebut, dan pelukis-pelukis pada masa St. Dominikus tidak memasukkan rosario sebagai lambang yang menjadi ciri khas St. Dominikus.

img-20161001-wa0012.jpg

Pada tahun 1922, Dom Louis Gougaud menyatakan, Berbagai unsur yang ada dalam komposisi devosi Katolik yang umum disebut rosario merupakan hasil dari suatu perkembangan yang panjang dan perlahan yang dimulai sebelum masa St. Dominikus, dan yang terus berlanjut tanpa ia ikut ambil bagian di dalamnya, dan yang akhirnya mendapati bentuk akhirnya beberapa abad setelah kematiannya.

Namun demikian, sebagian ilmuwan lain menyanggah pendapat bahwa St. Dominikus tidak begitu terlibat dalam menciptakan rosario, sebab ia mewartakan penggunaannya untuk mempertobatkan para pendosa dan mereka yang telah menyimpang dari iman. Di samping itu, sekurangnya ada selusin paus yang menyebutkan hubungan antara St. Dominikus dengan rosario dalam berbagai pernyataan kepausan, mendukung perannya setidak-tidaknya sebagai seorang beriman yang saleh. Dari antaranya, yang pertama-tama dinyatakan oleh Paus Alexander VI pada tahun 1495.

img-20161001-wa0013.jpgRosario menjadi semakin populer pada tahun 1500-an, teristimewa melalui upaya Paus St. Pius V. Pada waktu itu, kaum Muslim Turki menyerang Eropa Timur. Pada tahun 1453 Konstantinopel telah jatuh ke tangan Muslim, sementara Balkan dan Hungaria nyaris ditaklukkan. Pada tahun 1521 kaum Muslim berhasil menaklukkan Belgrade, Hungaria, dan pada tahun 1526 mereka telah berada di perbatasan Vienna, Austria. Dengan kaum Muslim menyerbu bahkan pesisir Italia, maka penguasaan atas Mediterania berada di ujung tanduk.

Pada bulan Februari 1570, utusan Turki menyampaikan ultimatum kepada Republik Venisia, yaitu untuk menyerahkan kepulauan Siprus secara damai atau menghadapi perang. Venisia menolak, dan setelah berperang selama sebelas bulan, Siprus takluk pada kekuasaan Muslim pada tanggal 1 Agustus 1571. Syarat-syarat penyerahan diri ditetapkan demi keselamatan pasukan Kristen yang kalah. Tetapi, begitu komandan Muslim mengambil alih kuasa kota, ia memerintahkan agar komandan Kristen, Marcantonio Bragadin, dibunuh. Dari kejadian tersebut, kaum Kristen tahu benar musuh macam apa yang tengah mereka hadapi.

img-20161001-wa0007.jpgPada tahun 1571, Paus St. Pius V mengorganisir suatu armada di bawah komando Don Juan dari Austria, sanak Raja Philip II dari Spanyol. Bala tentara dari Spanyol, Venisia, Roma, Savoy, Genoa, Lucca, Tuscany, Manova, Parma, Urbino, dan Ferrara, juga Malta membentuk suatu aliansi melawan Turki. Menariknya, Perancis yang Katolik menolak bersatu dan bahkan mendanai pasukan Muslim Turki demi melemahkan musuh bebuyutan mereka, Jerman-Austria. Sementara persiapan dilakukan, Bapa Suci meminta segenap umat beriman untuk mendaraskan rosario dan memohon bantuan doa Bunda Maria di bawah gelar Bunda Kemenangan, memohon Tuhan menganugerahkan kemenangan kepada umat Kristiani.

Meski armada Muslim jauh melampaui armada Kristiani, baik dalam jumlah kapal-kapal perang maupun pasukan, kedua armada siap bertempur. Kapal pemimpin Kristen mengibarkan bendera biru dengan lukisan Kristus Tersalib, sementara bendera Muslim mencantumkan ayat-ayat dari Al Quran menyerukan jihad dan membasmi orang-orang kafir.

Pada hari Minggu, 7 Oktober 1571, pukul 11 pagi, Pertempuran di Lepanto dimulai, dan dalam tempo lima jam, kaum Muslim dikalahkan. Siang itu, sementara Paus St. Pius V tengah berada dalam suatu rapat, sekonyong-konyong beliau berdiri, menuju jendela, menatap ke luar ke arah pertempuran berlangsung bermil-mil jauhnya, dan mengatakan,

‘Marilah kita berhenti menyibukkan diri dengan masalah-masalah ini dan marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan. Armada Kristen telah meraih kemenangan’.

Tahun berikutnya, Paus St. Pius V sebagai ungkapan syukur menetapkan Pesta Rosario Suci pada tanggal 7 Oktober di mana umat beriman tidak hanya mengenangkan kemenangan ini, melainkan juga terus menyampaikan syukur kepada Tuhan atas segala rahmat-Nya dan mengenangkan kuasa perantaraan Bunda Maria kita.

img-20161001-wa0008.jpg

Bapa Suci juga secara resmi menganugerahkan gelar, Auxilium Christianorum atau Pertolongan Orang-orang Kristen pada Bunda Maria.

Mejelis Tinggi Venesia juga mencantumkan pada sebilah papan dalam ruang pertemuan mereka, Non virtus, non arma, non duces, sed Maria Rosari, victores nos fecit, yang artinya, bukan kegagahan, bukan senjata, bukan pemimpin, melainkan Maria dari Rosario yang membuat kita menang.

Mengenangkan tindakan Paus Pius V, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II, dalam sebuah Amanat Angelus yang disampaikan pada bulan Oktober 1983 mengatakan,

Rosario juga mengambil perspektif baru dan dibebani dengan intensi-intensi yang terlebih dahsyat dan terlebih banyak dari masa lalu. Sekarang bukan masalah memohon kemenangan besar, seperti di Lepanto dan di Vienna, melainkan memohon Maria untuk menyediakan bagi kita pejuang-pejuang yang gagah berani melawan roh kejahatan dan kesesatan, dengan senjata-senjata Injil, yakni Salib dan Sabda Allah. Doa Rosario adalah doa manusia untuk manusia. Rosario adalah doa solidaritas kemanusian, doa bersama orang-orang yang ditebus, dengan merefleksikan roh dan intensi dari dia yang pertama-tama ditebus, yakni Maria, Bunda dan Citra Gereja. Rosario adalah doa bagi segenap manusia di dunia dan dari sepanjang sejarah, yang hidup dan yang mati, yang dipanggil untuk menjadi Tubuh Kristus bersama kita dan bersama-sama kita menjadi ahli waris bersama dengan Dia dalam kemuliaan Bapa.

Di masa-masa belakangan ini, rosario telah dijunjung tinggi dan dianjurkan sebagai suatu sarana yang efektif bagi pertumbuhan rohani. Banyak para kudus mendorong didaraskannya rosario, termasuk St. Petrus Kanisius, St. Filipus Neri dan St. Louis de Montfort.

Paus Leo XIII, yang kerap disebut Paus Rosario, berupaya memelihara tradisi doa ini, yang ditegaskannya sebagai suatu senjata rohani yang ampuh melawan kejahatan (Supremi Apostolatus Officio, 1884).

Paus Pius XI pada tahun 1938 memberikan indulgensi penuh kepada barangsiapa yang mendaraskan rosario di depan Sakramen Mahakudus.

Paus Beato Yohanes XXIII dan Paus Paulus VI keduanya juga dikenal sebagai penganjur rosario yang gigih. Buku Pedoman Indulgensi (1969), yang mendapatkan persetujuan Paus Paulus VI, memberikan indulgensi penuh jika rosario didaraskan di sebuah gereja atau suatu tempat doa umum, atau dalam suatu kelompok keluarga, suatu komunitas religius atau perkumpulan saleh. (No. 48).

Yang paling akhir, untuk menandai diawalinya 25 tahun masa pontifikatnya, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II menerbitkan Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae, dimana beliau menetapkan Peristiwa Cahaya dan lagi, mendorong umat beriman untuk menggunakan rosario untuk bersama Maria, merenungkan wajah Kristus.

Dengan mengesampingkan adanya gagasan bahwa rosario mengalihkan perhatian orang dari liturgi atau gagasan bahwa rosario merupakan penghalang bagi ekumene, Bapa Suci menegaskan, alasan paling kuat untuk mendesakkan pelaksanaan doa rosario adalah karena doa rosario merupakan sarana yang paling efektif untuk mengembangkan di kalangan kaum beriman komitmen untuk berkontemplasi pada misteri Kristiani.

Hal ini diusulkan dalam Surat Apostolik Novo Millennio Ineunte sebagai `latihan kekudusan yang sejati’.

Sebab itu, rosario merupakan bagian dari sejarah rohani Gereja yang patut dijunjung tinggi. Rosario memampukan umat beriman untuk berpartisipasi dalam sejarah keselamatan yang hidup, mempersatukan kita secara lebih akrab dengan Juru Selamat dan BundaNya yang Tersuci, dan dengan segenap Gereja.

Rosario perlu menjadi bagian dari sejarah tiap-tiap individu dan tiap-tiap keluarga, sebab melalui doa rosario ikatan kasih diperteguh.

Tinggalkan komentar